Selamat Datang, Mau pasang Iklan ? email ke aksarakuning@gmail.com Alamat lengkap: benda pusaka Tuliskan Deskripsi Yang Akan Anda Tampilkan
Latest Post
Showing posts with label benda pusaka. Show all posts
Showing posts with label benda pusaka. Show all posts

Cara Memandikan Pusaka di Malam 1 Suro

Balik ke Rumah Maca Kabeh
Cerita Pesugihan Nyata - Pusaka berkhodam identik dengan aura mistis dan laku ritual tertentu dalam merawatnya agar tetap berkhasiat. Salah satu ritual yang tak boleh ditinggalkan oleh si empunya yakni memandikan pusaka di malam 1 suro. Entah dari mana awal mula tradisi ini dilakukan oleh masyarakat jawa yang jelas hingga era modern ini ritual jamasan benda pusaka baik berupa keris, tombak, rajah, kereta kencana, dan lain sebagainya masih tetap dilakukan oleh pemegang waris dari benda tersebut.

Masyarakat jawa meyakini jika di dalam sebuah benda pusaka terdapat khodam atau penghuni gaib yang menggambarkan khasiat dari pusaka tersebut. Sistem kepercayaan ini yang kemudian menumbuhkan perlakuan khusus terhadap benda-benda peninggalan masa lalu yang dianggap sebagai benda bertuah dan memiliki khasiat di luar nalar manusia.

cara-memandikan-pusaka-malam-1-suro
Untuk mengetahui tujuan serta cara memandikan pusaka di malam 1 suro di bawah ini sedikit banyak akan kita ulas secara lebih terperini.

Tujuan Jamasan Pusaka

Jamasan pusaka memiliki makna memandikan, membersihkan, atau mensucikan benda bertuah sebagai salah satu cara untuk merawat benda tersebut. Selain dilakukan untuk menjaga agar kondisi benda tetap baik seiring termakan nya usia ritual ini juga digambarkan sebagai wujud ungkapan rasa syukur dan penghargaan atas pusaka peninggalan leluhur.

Tujuan dari jamasan pusaka adalah menjalin ikatan batin antara pemegang pusaka dengan khodam yang terdapat di dalamnya sehingga terwujud keselarasan antara pemilik dengan benda tersebut. Di lain sisi mereka yang melakukan ritual jamasan pusaka juga meyakini mendapatkan ketenangan serta mendapatkan kedekatan batiniah terhadap leluhur yang menjadi pewaris pusaka sebelumnya.
Baca Juga: Keris Semar Mesem
Secara batiniah memandikan pusaka baik itu berupa keris, tombak, ajimat, dan lain sebagainya bukan sekedar membersihkan secara fisik saja tetapi lebih mengarah pada ritual sakral sebagai upaya penghargaan terhadap nilai-niai yang terdapat pada benda tersebut.

Cara Memandikan Pusaka di malam 1 suro

Sudah menjadi rahasia umum jika ritual memandikan pusaka pada malam satu suro senantiasa dilakukan oleh pewaris benda pusaka tersebut. Meski terdapat beberapa perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain namun ritual pemandian pusaka pada umumnya dilakukan dengan beberapa uborampe dan cara berikut:

Tahap Persiapan

Menjelang ritual dilakukan biasanya pemilik pusaka akan terlebih dahulu mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam tradisi tersebut. Beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:

Baskom, Air, dan Tikar

Tikar digunakan sebagai alas ritual sementara baskom dan air dipergunakan sebagai media untuk memandikan atau mencuci pusaka. Tidak seperti mencuci benda lain seperti motor ataupun tikar air yang dibutuhkan dalam pemandian benda pusaka tidak terlalu banyak namun tetap cukup dengan artian air tersebut cukup untuk menjamas pusaka yang dimaksud.

Kembang Setaman dan Kemenyan

Kembang setaman yang terdiri dari lima macam yakni kembang kanthil, kembang melati, mawar merah dan putih, serta bunga kenanga. Fungsi utama dari bunga ini nantinya dicampurkan ke dalam air dalam baskom yang akan digunakan untuk membasuh pusaka. Selain itu kemenyan atau dupa dipergunakan saat ritual jamasan pusaka akan dilakukan.

Belimbing Wuluh dan Jeruk Nipis

Belimbing wuluh yang memiliki nama ilmiah averrhoa bilimbi bertujuan sebagai penghilang karat yang terdapat pada benda pusaka. Selain dilakukan menggunakan blimbing wuluh menghilangkan karat juga dapat dilakukan menggunakan jeruk nipis.

Secara logika benda pusaka memang telah diciptakan puluhan bahkan ratusan tahun yang silam, seiring bertambahnya usia benda yang terbuat dari bahan besi, tembaga, atau dan baja tersebut akan mudah terkena karat. Dengan menggunakan 2 bahan di atas karat yang menempel pada pusaka akan hilang dan kembali bersih seperti sedia kala.

Minyak Wangi

Bagi Anda yang akrab dengan dunia klenik tentu sudah tidak asing lagi dengan minyak wangi dan kemenyan sebagai bahan ritual. Minyak wangi atau parfum yang biasa digunakan dalam jamasan benda pusaka di malam 1 suro antara lain minyak melati, minyak cendana, minyak mistik, dan lain sebagainya. Minyak Wangi sebenarnya digunakan manakala pusaka telah selesai dijamas. Minyak ini nantinya akan dioleskan menyeluruh pada bagian pusaka agar harum dan terkesan istimewa.

Kain Kafan

Terdengar seram pastinya jika kita mendengar kain kafan, pasalnya kain ini biasa dipergunakan untuk membungkus jenazah saat akan dikebumikan. Namun demikian bagi pemilik benda pusaka kain kafan juga digunakan sebagai pembungkus dari benda pusaka tersebut agar terhindar dari debu dan kelembaban secara langsung. Kain kafan ini nantinya akan digunakan untuk membungkus benda pusaka sebelum disimpan kembali.

Langkah Jamasan Benda Pusaka

Jamasan atau memandikan benda pusaka biasanya dilakukan dengan beberapa tahapan. Berikut tahapan dalam ritual memandikan pusaka di malam 1 suro:

Ritual pembuka

Pastikan pakaian dan tempat yang digunakan untuk ritual jamasan bersih dan suci dari najis. Lakukan proses dengan ikhlas dan sebisa mungkin menghindari segala macam gangguan. Ritual pembuka bisa dilakukan dengan menggelar tikar dan mempersiapkan naman berisi air lalu campurkan bunga yang telah dipersiapkan ke dalamnya. Persiapkan kain mori di sebelah baskom kemudian nyalakan kemenyan atau dupa.

Pengambilan Benda Pusaka dan Jamasan

Pengambilan benda pusaka dari tempat persinggahan biasa dilakukan dengan cara terlebih dahulu memberikan penghormatan baik itu dengan cara sembah sungkem atau sebatas ucapan saja. Pegang pusaka tersebut menggunakan kedua tangan secara santun kemudian letakkan pada kain kafan yang sebelumnya telah dipersiapkan di sebelah baskom berisi air dan bunga.
Jika pusaka tersebut sebelumnya terbalut kain kafan terlebih dahulu lepas ikatan tersebut kemudian mulai proses pemandian pusaka di malam 1 suro dengan membersihkan nya dari debu yang menempel. Setelah debu dan kotoran hilang langkah berikutnya bersihkan benda tersebut dari karat yang menempel menggunakan blimbing wuluh atau jeruk nipis yang telah dipersiapkan sebelumnya. Lakukan pembersihan karat di seluruh badan pusaka terlebih jika benda tersebut memiliki permukaan yang tidak rata, bersihkan setiap sela secara seksama dan hati-hati. Seusai benda pusaka bersih dari karat langkah berikutnya membasuh dengan air yang telah dipersiapkan secara hati-hati dan penuh khidmat.

Setelah usai membasuh dengan air bunga selanjutnya keringkan pusaka menggunakan kain kafan yang telah dipersiapkan dilanjutkan dengan pemberian minyak wangi di seluruh badan pusaka. Jika dirasa pemberian pewangi telah cukup selanjutnya masukan pusaka pada warangka nya (untuk jenis keris) dan bungkus atau balut menggunakan kain kafan yang baru.

Langkah di atas merupakan cara memandikan pusaka di malam 1 suro yang biasa dilakukan pemegang pusaka. Setelah benda pusaka atau ajimat kembali terbungkus kain kafan selanjutnya kembali lakukan penghormatan dan simpan di tempat aman serta tidak lembab.

Cara Memandikan Pusaka di Malam 1 Suro

Balik ke Rumah Maca Kabeh
Cerita Pesugihan Nyata - Pusaka berkhodam identik dengan aura mistis dan laku ritual tertentu dalam merawatnya agar tetap berkhasiat. Salah satu ritual yang tak boleh ditinggalkan oleh si empunya yakni memandikan pusaka di malam 1 suro. Entah dari mana awal mula tradisi ini dilakukan oleh masyarakat jawa yang jelas hingga era modern ini ritual jamasan benda pusaka baik berupa keris, tombak, rajah, kereta kencana, dan lain sebagainya masih tetap dilakukan oleh pemegang waris dari benda tersebut.

Masyarakat jawa meyakini jika di dalam sebuah benda pusaka terdapat khodam atau penghuni gaib yang menggambarkan khasiat dari pusaka tersebut. Sistem kepercayaan ini yang kemudian menumbuhkan perlakuan khusus terhadap benda-benda peninggalan masa lalu yang dianggap sebagai benda bertuah dan memiliki khasiat di luar nalar manusia.

cara-memandikan-pusaka-malam-1-suro
Untuk mengetahui tujuan serta cara memandikan pusaka di malam 1 suro di bawah ini sedikit banyak akan kita ulas secara lebih terperini.

Tujuan Jamasan Pusaka

Jamasan pusaka memiliki makna memandikan, membersihkan, atau mensucikan benda bertuah sebagai salah satu cara untuk merawat benda tersebut. Selain dilakukan untuk menjaga agar kondisi benda tetap baik seiring termakan nya usia ritual ini juga digambarkan sebagai wujud ungkapan rasa syukur dan penghargaan atas pusaka peninggalan leluhur.

Tujuan dari jamasan pusaka adalah menjalin ikatan batin antara pemegang pusaka dengan khodam yang terdapat di dalamnya sehingga terwujud keselarasan antara pemilik dengan benda tersebut. Di lain sisi mereka yang melakukan ritual jamasan pusaka juga meyakini mendapatkan ketenangan serta mendapatkan kedekatan batiniah terhadap leluhur yang menjadi pewaris pusaka sebelumnya.
Baca Juga: Keris Semar Mesem
Secara batiniah memandikan pusaka baik itu berupa keris, tombak, ajimat, dan lain sebagainya bukan sekedar membersihkan secara fisik saja tetapi lebih mengarah pada ritual sakral sebagai upaya penghargaan terhadap nilai-niai yang terdapat pada benda tersebut.

Cara Memandikan Pusaka di malam 1 suro

Sudah menjadi rahasia umum jika ritual memandikan pusaka pada malam satu suro senantiasa dilakukan oleh pewaris benda pusaka tersebut. Meski terdapat beberapa perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain namun ritual pemandian pusaka pada umumnya dilakukan dengan beberapa uborampe dan cara berikut:

Tahap Persiapan

Menjelang ritual dilakukan biasanya pemilik pusaka akan terlebih dahulu mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam tradisi tersebut. Beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:

Baskom, Air, dan Tikar

Tikar digunakan sebagai alas ritual sementara baskom dan air dipergunakan sebagai media untuk memandikan atau mencuci pusaka. Tidak seperti mencuci benda lain seperti motor ataupun tikar air yang dibutuhkan dalam pemandian benda pusaka tidak terlalu banyak namun tetap cukup dengan artian air tersebut cukup untuk menjamas pusaka yang dimaksud.

Kembang Setaman dan Kemenyan

Kembang setaman yang terdiri dari lima macam yakni kembang kanthil, kembang melati, mawar merah dan putih, serta bunga kenanga. Fungsi utama dari bunga ini nantinya dicampurkan ke dalam air dalam baskom yang akan digunakan untuk membasuh pusaka. Selain itu kemenyan atau dupa dipergunakan saat ritual jamasan pusaka akan dilakukan.

Belimbing Wuluh dan Jeruk Nipis

Belimbing wuluh yang memiliki nama ilmiah averrhoa bilimbi bertujuan sebagai penghilang karat yang terdapat pada benda pusaka. Selain dilakukan menggunakan blimbing wuluh menghilangkan karat juga dapat dilakukan menggunakan jeruk nipis.

Secara logika benda pusaka memang telah diciptakan puluhan bahkan ratusan tahun yang silam, seiring bertambahnya usia benda yang terbuat dari bahan besi, tembaga, atau dan baja tersebut akan mudah terkena karat. Dengan menggunakan 2 bahan di atas karat yang menempel pada pusaka akan hilang dan kembali bersih seperti sedia kala.

Minyak Wangi

Bagi Anda yang akrab dengan dunia klenik tentu sudah tidak asing lagi dengan minyak wangi dan kemenyan sebagai bahan ritual. Minyak wangi atau parfum yang biasa digunakan dalam jamasan benda pusaka di malam 1 suro antara lain minyak melati, minyak cendana, minyak mistik, dan lain sebagainya. Minyak Wangi sebenarnya digunakan manakala pusaka telah selesai dijamas. Minyak ini nantinya akan dioleskan menyeluruh pada bagian pusaka agar harum dan terkesan istimewa.

Kain Kafan

Terdengar seram pastinya jika kita mendengar kain kafan, pasalnya kain ini biasa dipergunakan untuk membungkus jenazah saat akan dikebumikan. Namun demikian bagi pemilik benda pusaka kain kafan juga digunakan sebagai pembungkus dari benda pusaka tersebut agar terhindar dari debu dan kelembaban secara langsung. Kain kafan ini nantinya akan digunakan untuk membungkus benda pusaka sebelum disimpan kembali.

Langkah Jamasan Benda Pusaka

Jamasan atau memandikan benda pusaka biasanya dilakukan dengan beberapa tahapan. Berikut tahapan dalam ritual memandikan pusaka di malam 1 suro:

Ritual pembuka

Pastikan pakaian dan tempat yang digunakan untuk ritual jamasan bersih dan suci dari najis. Lakukan proses dengan ikhlas dan sebisa mungkin menghindari segala macam gangguan. Ritual pembuka bisa dilakukan dengan menggelar tikar dan mempersiapkan naman berisi air lalu campurkan bunga yang telah dipersiapkan ke dalamnya. Persiapkan kain mori di sebelah baskom kemudian nyalakan kemenyan atau dupa.

Pengambilan Benda Pusaka dan Jamasan

Pengambilan benda pusaka dari tempat persinggahan biasa dilakukan dengan cara terlebih dahulu memberikan penghormatan baik itu dengan cara sembah sungkem atau sebatas ucapan saja. Pegang pusaka tersebut menggunakan kedua tangan secara santun kemudian letakkan pada kain kafan yang sebelumnya telah dipersiapkan di sebelah baskom berisi air dan bunga.
Jika pusaka tersebut sebelumnya terbalut kain kafan terlebih dahulu lepas ikatan tersebut kemudian mulai proses pemandian pusaka di malam 1 suro dengan membersihkan nya dari debu yang menempel. Setelah debu dan kotoran hilang langkah berikutnya bersihkan benda tersebut dari karat yang menempel menggunakan blimbing wuluh atau jeruk nipis yang telah dipersiapkan sebelumnya. Lakukan pembersihan karat di seluruh badan pusaka terlebih jika benda tersebut memiliki permukaan yang tidak rata, bersihkan setiap sela secara seksama dan hati-hati. Seusai benda pusaka bersih dari karat langkah berikutnya membasuh dengan air yang telah dipersiapkan secara hati-hati dan penuh khidmat.

Setelah usai membasuh dengan air bunga selanjutnya keringkan pusaka menggunakan kain kafan yang telah dipersiapkan dilanjutkan dengan pemberian minyak wangi di seluruh badan pusaka. Jika dirasa pemberian pewangi telah cukup selanjutnya masukan pusaka pada warangka nya (untuk jenis keris) dan bungkus atau balut menggunakan kain kafan yang baru.

Langkah di atas merupakan cara memandikan pusaka di malam 1 suro yang biasa dilakukan pemegang pusaka. Setelah benda pusaka atau ajimat kembali terbungkus kain kafan selanjutnya kembali lakukan penghormatan dan simpan di tempat aman serta tidak lembab.

Benda Pusaka Peninggalan Majapahit

Balik ke Rumah Maca Kabeh
Keberadaan benda pusaka pada masa kerajaan Majapahit memang tergolong sangat penting bagi seseorang. Tak heran jika saat itu profesi pandai besi yang kerap disebut dengan nama Mpu banyak dijumpai di berbagai daerah. Hal istimewa yang mungkin tak akan kita jumpai dalam pembuatan sebuah senjata saat ini ialah lelaku dan ritual yang dilakukan oleh para Mpu. Konon pada masa lalu seorang Mpu biasa melakukan pertapaan serta puasa sebagai ritual batin guna menciptakan pusaka sakti. Beberapa senjata pusaka peninggalan Majapahit hingga saat ini masih bisa kita ketahui jenisnya melalui berbagai sumber yang ada.
benda-pusaka-peninggalan-majapahit

Keris condong campur

Benda pusaka yang satu ini memang cukup terkenal melalui berbagai tarikh dan legenda tentang kerajaan Majapahit. Tidak banyak yang mengetahui bahwa salah satu pusaka pianderl kerajaan Majapahit ini merupakan karya dari ratusan Mpu yang ada waktu itu.

Menurut cerita keris yang juga dikenal dengan sebutan Kyai Condong Campur ini dibuat dengan melibatkan puluhan bahkan ratusan Mpu kondang pada masa tersebut. Tak cukup sampai disitu bahan utama dalam pembuatannya pun juga didapat dari berbagai daerah. Tak berlebihan juga banyak orang mengakui kesaktian pusaka warisan kerajaan Majapahit ini.

Namun sayangnya dibalik kesaktian dan kehebatan dari Kyai Condong Campur ini terdapat aura negatif yang akan mempengaruhi sang pemegang pusaka. Percaya tidak percaya demikian kisahnya.

Tombak Pataka Dwija Naga Nareswara

Pusaka ini sebenarnya telah ada sebelum kemunculan kerajaan Majapahit di Nusantara, beberapa sumber menyatakan bahwa Tombak Pataka merupakan benda pusaka Majapahit yang didapatkan dari warisan kerajaan singasari. Dalam sejarahnya benda ini merupakan pusaka yang diperebutkan oleh Singasari dan Gelang Gelang.

Keberhasilan senopati Singasari dalam merebut kembali tombak pataka yang telah jatuh ke tangan Gelang Gelang menjadikan pusaka ini berhasil diwariskan pada kerajaan Majapahit sebagai bukti merupakan pewaris tahta kerajaan Singasari yang sebenarnya. Beberapa sejarawan juga meyakini bahwa di ujung tombak inilah Kerajaan Majapahit pertama kali pengibaran bendera kerajaan dilakukan.

Keris Tamung sari

Keris sakti yang diduga kuat merupakan benda pusaka peninggalan Majapahit berikutnya ialah Keris Tamung Sari. Nama dari keris tersebut diambil dari nama pemiliknya yakni seorang hulubalang dari kerajaan Majapahit.

Keris Tamung Sari benar-benar teruji khasiatnya manakala sang pemilik tengah berduel dengan seorang hulubalang dari kerajaan Malaka. Diriwayatkan pada saat itu Tamung Sari tak terluka sedikitpun ketika mendapat serangan dan tikaman dari senjata hulubalang Malaka.

Singkat cerita pasukan Malaka mengetahui bahwa kekebalan Tamung Sari berasal dari pusaka yang dipegangnya, maka dari itu sang hulubalang mencoba merampas keris kyai tamung sari dari tangan sang pemilik.
Dugaan mereka tentang kehebatan pusaka tersebut rupanya benar, tak lama dari terlepasnya Kyai Tamung Sari dari tangan pemiliknya Hulubalang Majapahit tersebut kemudian tewas tertikam kerisnya sendiri.

Ketiga pusaka di atas merupakan beberapa dari sekian banyak benda pusaka peninggalan Majapahit yang hingga kini masih sangat diagungkan kesaktian dan khasiatnya. Namun demikian hingga saat ini tak ada satupun yang mengetahui keberadaan senjata andalan tersebut.

Benda Pusaka Peninggalan Majapahit

Balik ke Rumah Maca Kabeh
Keberadaan benda pusaka pada masa kerajaan Majapahit memang tergolong sangat penting bagi seseorang. Tak heran jika saat itu profesi pandai besi yang kerap disebut dengan nama Mpu banyak dijumpai di berbagai daerah. Hal istimewa yang mungkin tak akan kita jumpai dalam pembuatan sebuah senjata saat ini ialah lelaku dan ritual yang dilakukan oleh para Mpu. Konon pada masa lalu seorang Mpu biasa melakukan pertapaan serta puasa sebagai ritual batin guna menciptakan pusaka sakti. Beberapa senjata pusaka peninggalan Majapahit hingga saat ini masih bisa kita ketahui jenisnya melalui berbagai sumber yang ada.
benda-pusaka-peninggalan-majapahit

Keris condong campur

Benda pusaka yang satu ini memang cukup terkenal melalui berbagai tarikh dan legenda tentang kerajaan Majapahit. Tidak banyak yang mengetahui bahwa salah satu pusaka pianderl kerajaan Majapahit ini merupakan karya dari ratusan Mpu yang ada waktu itu.

Menurut cerita keris yang juga dikenal dengan sebutan Kyai Condong Campur ini dibuat dengan melibatkan puluhan bahkan ratusan Mpu kondang pada masa tersebut. Tak cukup sampai disitu bahan utama dalam pembuatannya pun juga didapat dari berbagai daerah. Tak berlebihan juga banyak orang mengakui kesaktian pusaka warisan kerajaan Majapahit ini.

Namun sayangnya dibalik kesaktian dan kehebatan dari Kyai Condong Campur ini terdapat aura negatif yang akan mempengaruhi sang pemegang pusaka. Percaya tidak percaya demikian kisahnya.

Tombak Pataka Dwija Naga Nareswara

Pusaka ini sebenarnya telah ada sebelum kemunculan kerajaan Majapahit di Nusantara, beberapa sumber menyatakan bahwa Tombak Pataka merupakan benda pusaka Majapahit yang didapatkan dari warisan kerajaan singasari. Dalam sejarahnya benda ini merupakan pusaka yang diperebutkan oleh Singasari dan Gelang Gelang.

Keberhasilan senopati Singasari dalam merebut kembali tombak pataka yang telah jatuh ke tangan Gelang Gelang menjadikan pusaka ini berhasil diwariskan pada kerajaan Majapahit sebagai bukti merupakan pewaris tahta kerajaan Singasari yang sebenarnya. Beberapa sejarawan juga meyakini bahwa di ujung tombak inilah Kerajaan Majapahit pertama kali pengibaran bendera kerajaan dilakukan.

Keris Tamung sari

Keris sakti yang diduga kuat merupakan benda pusaka peninggalan Majapahit berikutnya ialah Keris Tamung Sari. Nama dari keris tersebut diambil dari nama pemiliknya yakni seorang hulubalang dari kerajaan Majapahit.

Keris Tamung Sari benar-benar teruji khasiatnya manakala sang pemilik tengah berduel dengan seorang hulubalang dari kerajaan Malaka. Diriwayatkan pada saat itu Tamung Sari tak terluka sedikitpun ketika mendapat serangan dan tikaman dari senjata hulubalang Malaka.

Singkat cerita pasukan Malaka mengetahui bahwa kekebalan Tamung Sari berasal dari pusaka yang dipegangnya, maka dari itu sang hulubalang mencoba merampas keris kyai tamung sari dari tangan sang pemilik.
Dugaan mereka tentang kehebatan pusaka tersebut rupanya benar, tak lama dari terlepasnya Kyai Tamung Sari dari tangan pemiliknya Hulubalang Majapahit tersebut kemudian tewas tertikam kerisnya sendiri.

Ketiga pusaka di atas merupakan beberapa dari sekian banyak benda pusaka peninggalan Majapahit yang hingga kini masih sangat diagungkan kesaktian dan khasiatnya. Namun demikian hingga saat ini tak ada satupun yang mengetahui keberadaan senjata andalan tersebut.
 
Support : Creating Website | ub Blog | Toko KembarTemplate
Copyright © 2011. Alamat lengkap - All Rights Reserved
Template Created byCreating Website | ub Blog | Toko KembarTemplate
Copyright © 2011. Alamat lengkap - All Rights Reserved
Selamat Datang
Selamat Datang